Introduksi
a. Definisi
Suatu tindakan perawatan trauma toraks tanpa disertai pembedahan
b. Ruang lingkup
Trauma toraks ialah trauma yang mengenai dinding dada, baik trauma tajam maupun tumpul. Trauma ini dapat menyebabkan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Perawatan trauma toraks konservatif dilakukan berdasarkan patofisiologi dari ketiga hal tersebut.
c. Indikasi operasi
Trauma toraks tanpa disertai ancaman kematian.
Jika fasilitas sarana dan prasarana tidak memadai.
d. Pemeriksaan penunjang
Foto toraks serial, analisa gas darah
Algoritma
- Pneumotoraks <30% atau hematotoraks ringan (300cc) → terapi konservatif, observasi
- Pneumotoraks >30% atau hematotoraks sedang (300-800cc) → drainase cavum pleura dengan WSD
- Pneumotoraks residif lebih dari dua kali, pertimbangkan torakotomi
- Hematotoraks masif (> 800cc atau 5cc/ kg per jam) → torakotomi
- Fraktur iga segmental dan multiple tanpa distress napas → konservatif
e. Mortalitas
Kurang dari 2%
f. Teknik perawatan konservatif
- Berdasarkan pedoman dari Advanced Traumatic Life Support yaitu:
– Airway maintenance with cervical spine control
– Breathing and ventilation
– Circulation and hemorrhage control
– Disability; neurologic status
– Exposure/environtmental primary survey
- Monitoring terhadap tanda-tanda distress napas berupa peningkatan frekuensi napas >25 kali permenit dengan tidal volume kurang dari 4 ml/kg.
- Dalam 24 jam pertama dilakukan pemeriksaan foto toraks serial per enam jam untuk mengetahui secara dini terjadinya pneumotoraks, hematotoraks, kontusio paru atau fraktur costa.
- Pada kasus dengan pneumotoraks dan atau hematotoraks dilakukan pemasangan chest tube yang disambungkan ke WSD.
- Dianjurkan dengan sistem continuous suction unit. Pada pneumotoraks terbuka (open pneumothorax) dipasang plester 3 sisi agar udara tidak bisa inspirasi masuk rongga pleura tapi udara tekanan tinggi bisa keluar sehingga tension pneumothorax tidak terjadi.
- Pada tension pneumotoraks dilakukan penusukan langsung menggunakan trokar atau jarum suntik terbesar yang ada diatas iga pada ICS 2 midclavicular line sisi yang terkena. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan chest tube setinggi puting susu pada anterior midaxillaris sisi yang terkena.
- Pada kasus dengan kontusio paru, perawatan dengan mempertahankan oksigenisasi yang baik, menjaga kebersihan paru yang adekuat, pemberian cairan kristaloid yang sesuai kebutuhan. Pada pasien yang tidak berespon dilakukan intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik.
g. Follow-Up
Klinik, komplikasi yang terjadi 0-30 hari
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan